Rabu, 29 Juli 2009

Pameran 2nd Anniversary Srisasanti Gallery



GROUP EXHIBITION “BORDERLESS WORLD”

65 Seniman + 1 Seniman Tamu

01-10 Agustus 2009

TAMAN BUDAYA YOGYAKARTA

Jl. Sriwedani No.1 Yogyakarta

Dalam rangka ulang tahun Srisasanti Gallery yang ke-2 pada tahun 2009 ini, maka kami bermaksud menyelenggarakan sebuah event Pameran Bersama Seni Visual (Group Exhibition), yang diikuti oleh 65 seniman ditambah satu seniman tamu (Guest Artist). Pameran Bersama ini mengusung tema “Borderless World”, diselenggarakan pada tanggal 01-10 Agustus 2009, bertempat di Taman Budaya Yogyakarta, Jl. Sriwedani no.1, Yogyakarta. Pameran ini dikuratori oleh Fery Oktanio, seorang kurator muda yang tengah memulai debutnya sebagai kurator di Yogyakarta.

Tentang Pameran

Pameran “Borderless World” merupakan rangkaian dari dua pameran yang direncanakan, dalam rangka ulang tahun Srisasanti Gallery yang ke-2, tahun ini. Pameran “Borderless World” adalah tempat dan event pertama, yang berlangsung dari tanggal 01-10 Agustus 2009, di Taman Budaya Yogyakarta. Pameran kedua akan berlangsung pada bulan Oktober, bertempat di Srisasanti Gallery dengan mengangkat tema “2nd Odyssey”, melibatkan 18 seniman. Pemilihan pembuatan dua event di dua tempat dengan dua tema ini, secara simbolik juga mengacu kepada hari jadi Srisasanti Gallery yang ke-2, sekaligus memberikan akses kepada publik yang lebih luas untuk mengenal Srisasanti Gallery lebih jauh lagi.

Pameran ini telah dipersiapkan cukup lama, dan mengundang seniman dari berbagai kota di Indonesia, diantaranya dari Muntilan, Wonosobo, Bandung, Jakarta, Bali, dan Yogyakarta sendiri. Mengusung hampir 90-an karya, seniman-seniman yang terlibat diantaranya adalah:

AC Andre Tanama, Agus “Baqul” Purnomo, Adi Gunawan, Agus Riyadi, Ariyanto, Arie Dyanto, Ariswan Adhitama, Askanadi, AT Sitompul, Awi Ibanezta, Ayu Arista Murti, Badruzaman, Bambang “Toko” Witjaksono, Bob Sick Yudhita, Boyke Aditya Khrisna, Budi Bodhong Prakoso, David Armi Putra, Deny Snod Susanto, Erica Hestu Wahyuni, Erizal AS, Fazar RA Wibisono, Farhan Siki, Feri Eka Candra, Gatot Indrajati, Harry Cahaya, Hendra “Hehe” Harsono, Heri Kris, Hojatul Islam, Honda Yulianto, Indieguerilaz, I Made Arya Palguna, I Nyoman Sujana Kenyem, I Wayan Sujana Suklu, Irawan Banuaji, Januri, Jul Naidi MS, Lia Mareza, Melodia, Nano Warsono, Nurkhamim, Prihatmoko (Moki), Putu Wirantawan, Riduan, Rizky Mora, Roeayyah Diana, Rosid, Rudi St Darma, S.Teddy D, Suraya, Suroso (Isur), Syahfadil, Syahrizal Zain Koto, Tommy Wondra, Ugy Sugiarto, Utin Rini, Wadino, Wahyu Santosa, Wibowo Adi Utama, Win Dwi Laksono, Yani Mariani Sastranegara, Yayat Surya, Yerry Padang, Yogi Setiawan, Yustoni Valunteero, Zulkarnaini, dan satu Guest Artist: Ismanto.

Tentang Tema

Pameran ini bertema “Borderless World” atau terjemahan bebasnya, Dunia tanpa Batas. Ide awal pemilihan tema ini adalah persoalan partisipasi. Bagaimana seniman, sebagai manusia, pribadi mandiri, sekaligus masyarakat dunia memberikan makna terhadap persoalan partisipasi; hubungan diri pribadi dengan orang lain. Bagaimana hal itu disikapi, dinilai, dan dilakukan. Apakah benar bahwa ada batas-batas –entah itu dalam hal identitas, asal suku, bangsa, negara, sistem kepercayaan, aturan adat, -yang mempengaruhi berlangsungnya partisipasi, dan komunikasi manusia dengan manusia lainnya. Pameran ini merupakan pertanyaan tentang Batas itu, dan bukan jawaban darinya. Karena Batas cenderung diproduksi secara gradual, bukannya warisan. Batas akan selalu terus diperbaharui, direkayasa, dan diproduksi demi berbagai macam kepentingan, bahkan bisa jadi atas nama kebebasan. Batas dibuat menjadi tanpa batas. Diperbesar ruang lingkupnya, diperbanyak partisipannya, dibicarakan setiap saat, ditampilkan melalui media-media massa, sebagai sebuah penegasan; sebagai sebuah teror. Batas, dalam kenyataannya cenderung dipaksakan, kalau tidak –merupakan hasil dari tatanan dunia yang tidak fleksibel, kaku, dan diskriminatif terhadap golongan yang lebih sedikit, lebih lemah, dan marjinal.

Dunia tanpa Batas, merupakan sebuah alegoris. Berawal dari syair-syair lagu Imagine yang dipopulerkan oleh John Lennon, pentolan The Beatles, asal Inggris. Imajinasi John Lennon akan ketiadaan agama, dan ketiadaan negara, merupakan mimpi pasifis akan perdamaian dunia. Ide perdamaian di tengah dunia yang carut-marut, yang saling memperteguh kepentingan masing-masing, dan berperang karena kepentingan tersebut. Imagine John Lennon merupakan pintu masuk akan tema Dunia tanpa Batas ini. Berimajinasi adalah aktivitas yang layak untuk lebih memperluas pikiran, memperluas wawasan, bahkan memperluas hati dan perasaan. Hal inilah yang coba ditawarkan kepada para seniman, yang notabene telah berkutat dalam proses imajinasi tersebut selama menggeluti profesinya.

Para seniman dalam pameran ini diajak untuk berimajinasi mengenai Batas, mengenai hubungan antar manusia yang selalu tidak bebas nilai. Dari refleksi tersebut, maka penawaran akan sebuah Dunia tanpa Batas, akan kembali dipertanyakan apakah cukup layak untuk dikembangkan, dan dipertahankan, atau tidak? Ataukah kita tetap merasa membutuhkan batas-batas di dalam hidup kita sebagai sebuah pembatas, bagi keinginan-keinginan yang cenderung sewenang-wenang dan diluar batas?

Pameran ini sekali lagi adalah sebuah pertanyaan, bukan jawaban. Sebuah penawaran, bukan solusi final. Dalam arti, karya-karya yang terpajang dalam pameran ini kesemuanya menawarkan persoalan batas, dan tanpa batas itu, dalam konteks yang sangat ringkih dan personal. Terbatas dan dibatasi oleh pemahaman masing-masing seniman akan tema Batas itu sendiri. Dipengaruhi oleh latar pendidikan, pengetahuan, dan pengalaman. Namun bisa jadi, proses menikmatinyalah, yang penting. Beragam cara pandang, beragam ide artistik menunggu untuk dimaknai kembali dan dibicarakan ulang. Berikut harapan bahwa karya seni, sekali lagi bukanlah jalan untuk menyelesaikan masalah, namun jalan untuk memahami, bahwa sebuah penyelesaian bisa muncul dari aktivitas imajinasi; setelah itu, baru persoalan teknis menanti.

Kesadaran terhadap persoalan Batas, diharapkan memberi nilai artikulatif bagi seniman mengenai –tidak saja dirinya, namun juga orang lain yang menikmati visi, misi, dan ekspresi mereka di dalam karya. Bagaimana para seniman berkomunikasi tentang Batas dengan orang lain, melalui media seni yang terbatas. Sekaligus sama-sama mencari apakah Batas itu benar-benar ada dan nyata, atau tidak. Sebuah aktifitas dialog yang semoga saja menarik dan tanpa henti.

Kurator “Borderless World”

Fery Oktanio

Pembukaan

Tanggal: Sabtu, 01 Agustus 2009

Pukul: 19.30 WIB

Tempat : Taman Budaya Yogyakarta

Jalan Sriwedani No.1 Yogyakarta

Dibuka oleh: Mr. Syakieb Sungkar

MC: Ninda Karisa

Entertainment: Ruzan ‘n Gigs

Untuk informasi lebih lanjut bisa menghubungi:

Srisasanti Gallery

Galeri :

Jl. Palagan Tentara Pelajar No.52 A, Sleman Yogyakarta

Telp: (0274) 866 765

Office:

Jl. Tentara Rakyat Mataram No.5, Yogyakarta

Telp: (0274) 561 922

Email: info@srisasanti.com, srisasanti@yahoo.com

Blog: http://srisasantigallery.blogspot.com

1 komentar:

Tujuh Bintang mengatakan...

Selamat ulang tahun
Semoga sukses dan makin jaya seni rupa Indonesia